Liputanvip88, Jakarta - Kalijodo adalah simbol perjuangan Ahok-Djarot melawan prostitusi dan narkoba. Tempat yang dulu dikuasai banyak preman kini telah berubah menjadi taman yang indah berskala internasional. Namun belakangan ini wajah Kalijodo mulai kumuh, apakah ini hanya efek liburan saja atau karena Ahok sudah dipastikan tidak akan menjabat lagi?
Sudah lama Kalijodo menjadi sisi wajah buruk kota Jakarta dan sudah cukup lama ada keinginan untuk menutupnya, namun kerap kali menemui kegagalan. Bahkan FPI pun yang katanya hidup mulia mati syahid pun tidak sanggup menutup Kalijodo.
Lokalisasi Kalijodo di Jakarta dikenal karena kelompok bersenjata tajam dan tombak. Mereka pernah membuat Front Pembela Islam (FPI) kocar-kacir saat mencoba membubarkan tempat prostitusi itu.
Kombes Khrisna Murti membahas hal itu dalam bukunya. Khrisna pernah menjabat sebagai Kapolsek Penjaringan sehingga paham betul bagaimana kondisi para preman di sana.
Para bandar judi mengumpulkan pemuda pengangguran untuk mengamankan lapak-lapak judi di sana. Dalam struktur organisasi judi, kelompok yang menamakan dirinya ‘Anak Macan’ ini menduduki posisi paling bawah. Tugas mereka melindungi para bandar judi.
“Mereka seperti pasukan cadangan, ada yang menyebut jumlahnya sampai 1.000 orang,”
Para ‘Anak Macan’ ini tinggal di bangunan-bangunan yang tidak terpakai oleh bandar judi. Sebagian lagi di kontrakan sekitar lokalisasi.
Keberanian dan ketangguhan ‘Anak Macan’ ini teruji saat berhasil menghalau serangan FPI yang mencoba mengganggu lokasi perjudian. Sebagian anggota FPI bahkan lari ke jalan tol karena kalah saat menghadapi kelompok ‘Anak Macan’ ini.
Namun Kalijodo berhasil digusur justru oleh Ahok, gubernur yang mereka anggap kafir itu. Prestasi Ahok yang gemilang menggusur Kalijodo tidak mampu membuka mata para pembencinya. Padahal perjuangan menggusur Kalijodo lebih berat ketimbang menjual saham pabrik bir yang telah dimiliki Pemprov sejak tahun 70’an.
Namun ketika Sandiaga mengatakan akan menjual saham tersebut, ramai-ramailah para onta memuji Sandiaga, tanpa berpikir siapa yang akan diuntungkan dengan penjualan saham tersebut, siapa yang akan membelinya? Siapa yang sanggup membelinya? Jangan-jangan rekanan bisnis Sandiaga juga yang membelinya? Menjual saham bir tidak menghentikan peredaran miras, kalau memang nahi munkar, tutup saja pabrik tersebut, blas!
Kalijodo yang sudah berganti wajah menjadi taman dengan berbagai fasilitas tersebut mulai dipenuhi lapak-lapak pedagang kali lima (PKL). Mereka tampak bebas berdagang minuman keras dan makanan ringan dipinggir jogging trek dan jalur hijau.
Kondisi taman seluas lebih dari dua hektare itu langsung penuh sampah, kumuh, dan jorok tak sedap dipandang mata.
Selain PKL, Kalijodo kini kembali dikuasai oleh para preman. Lima unit mesin parkir meter yang dipasang Pemerintah Provinsi DKI di pinggir Jalan Kepanduan II atau dekat lingkungan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo, kini sudah tak ada lagi.
Apakah ini berhubungan dengan Ahok yang sudah pasti tidak akan menjabat lagi? Memang agak sulit menegakkan aturan disaat orang-orang sudah tau kalau kita sudah tidak akan menjabat lagi. Nampaknya preman dan pkl sejak sekarang sudah mulai berusaha menguasai lahan-lahan yang menurut mereka strategis. Padahal Ahok masih menjabat hingga Oktober 2017, lalu kenapa Ahok diam saja? kemungkinannya dia sedang sibuk mengejar target-target penting sebelum masa jabatannya selesai seperti menyempurnakan e-budgeting, jembatan semanggi, hingga MRT.
Semoga saja kelak dengan teknik merangkul-rangkul dari Gubernur yang baru dan muslim ini dapat menata kembali PKL dan preman-preman di Kalijodo. Bukan hanya Kalijodo tapi juga daerah-daerah lain di Jakarta yang akan kembali bermunculan PKL dan preman-preman.
Sudah lama Kalijodo menjadi sisi wajah buruk kota Jakarta dan sudah cukup lama ada keinginan untuk menutupnya, namun kerap kali menemui kegagalan. Bahkan FPI pun yang katanya hidup mulia mati syahid pun tidak sanggup menutup Kalijodo.
Lokalisasi Kalijodo di Jakarta dikenal karena kelompok bersenjata tajam dan tombak. Mereka pernah membuat Front Pembela Islam (FPI) kocar-kacir saat mencoba membubarkan tempat prostitusi itu.
Kombes Khrisna Murti membahas hal itu dalam bukunya. Khrisna pernah menjabat sebagai Kapolsek Penjaringan sehingga paham betul bagaimana kondisi para preman di sana.
Para bandar judi mengumpulkan pemuda pengangguran untuk mengamankan lapak-lapak judi di sana. Dalam struktur organisasi judi, kelompok yang menamakan dirinya ‘Anak Macan’ ini menduduki posisi paling bawah. Tugas mereka melindungi para bandar judi.
“Mereka seperti pasukan cadangan, ada yang menyebut jumlahnya sampai 1.000 orang,”
Para ‘Anak Macan’ ini tinggal di bangunan-bangunan yang tidak terpakai oleh bandar judi. Sebagian lagi di kontrakan sekitar lokalisasi.
Keberanian dan ketangguhan ‘Anak Macan’ ini teruji saat berhasil menghalau serangan FPI yang mencoba mengganggu lokasi perjudian. Sebagian anggota FPI bahkan lari ke jalan tol karena kalah saat menghadapi kelompok ‘Anak Macan’ ini.
Namun Kalijodo berhasil digusur justru oleh Ahok, gubernur yang mereka anggap kafir itu. Prestasi Ahok yang gemilang menggusur Kalijodo tidak mampu membuka mata para pembencinya. Padahal perjuangan menggusur Kalijodo lebih berat ketimbang menjual saham pabrik bir yang telah dimiliki Pemprov sejak tahun 70’an.
Namun ketika Sandiaga mengatakan akan menjual saham tersebut, ramai-ramailah para onta memuji Sandiaga, tanpa berpikir siapa yang akan diuntungkan dengan penjualan saham tersebut, siapa yang akan membelinya? Siapa yang sanggup membelinya? Jangan-jangan rekanan bisnis Sandiaga juga yang membelinya? Menjual saham bir tidak menghentikan peredaran miras, kalau memang nahi munkar, tutup saja pabrik tersebut, blas!
Kalijodo yang sudah berganti wajah menjadi taman dengan berbagai fasilitas tersebut mulai dipenuhi lapak-lapak pedagang kali lima (PKL). Mereka tampak bebas berdagang minuman keras dan makanan ringan dipinggir jogging trek dan jalur hijau.
Selain PKL, Kalijodo kini kembali dikuasai oleh para preman. Lima unit mesin parkir meter yang dipasang Pemerintah Provinsi DKI di pinggir Jalan Kepanduan II atau dekat lingkungan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo, kini sudah tak ada lagi.
Apakah ini berhubungan dengan Ahok yang sudah pasti tidak akan menjabat lagi? Memang agak sulit menegakkan aturan disaat orang-orang sudah tau kalau kita sudah tidak akan menjabat lagi. Nampaknya preman dan pkl sejak sekarang sudah mulai berusaha menguasai lahan-lahan yang menurut mereka strategis. Padahal Ahok masih menjabat hingga Oktober 2017, lalu kenapa Ahok diam saja? kemungkinannya dia sedang sibuk mengejar target-target penting sebelum masa jabatannya selesai seperti menyempurnakan e-budgeting, jembatan semanggi, hingga MRT.
Semoga saja kelak dengan teknik merangkul-rangkul dari Gubernur yang baru dan muslim ini dapat menata kembali PKL dan preman-preman di Kalijodo. Bukan hanya Kalijodo tapi juga daerah-daerah lain di Jakarta yang akan kembali bermunculan PKL dan preman-preman.