Liputanvip88, Seputar Gaib, Jakarta Timur Lubang Buaya - Terdapat satu buah ranjang lengkap dengan aksesorisnya teronggok dalam kamar. Dalam ruangan berukuran 2x3 meter itu, terdapat kasur, sprei, juga kelambu berkelir putih menyelimuti tempat tidur besi biru tersebut.
Di bawah tempat tidur tersebut, disebut ada makam Datuk Banjir, orang sakti zaman Belanda. Datuk Banjir diakui juga sebagai sosok penyemat nama Lubang Buaya di kawasan Jakarta Timur.
Memasuki ruangan makam Datuk Banjir, nuansa gaib sangat terasa. Hawa dingin langsung berembus meskipun tak ada AC dalam ruangan tersebut.
Kuburan Datuk Banjir tersebut terletak di kompleks makam keramat Lubang Buaya, Jakarta Timur. Di kompleks makam ini, ada empat nisan berjajar yang berisi jasad orang sakti dan juru kuncen makam. Mereka berasal dari keluarga Datuk.
Untuk memasuki kompleks pemakaman yang terletak di belakang permukiman masyarakat, peziarah dapat melalui 2 jalur. Pertama jalan setapak agak lebar di samping dinding pembatas kolam pancing. Kemudian jalan lainnya melewati pematang sawah yang bisa diakses melalui belakang kompleks kediaman masyarakat.
Setiba di depan lokasi pemakaman, peziarah akan disambut 2 patung harimau kecil yang di tiang depan kompleks. Di sisi kiri, terdapat pohon beringin. Akarnya yang menjuntai menambah kesan mistik di tempat ini.
Sang juru kunci makam keramat, bernama Yanto, Yanto mengundang Liputanvip88 masuk saat datang berkunjung ke kompleks makam. Laki-laki yang juga keturunan Datuk Banjir tersebut terus memandangi sekitar. Matanya memperhatikan sekitar, seolah olah banyak makhluk yang datang ke ruangan tersebut.
Yanto bercerita, peristiwa aneh pernah terjadi di kompleks pemakaman Datuk Banjir. Aturan yang ditetapkan di makam keramat itu tidak diikuti penziarah.
Kemarin ada wanita tahu-tahu kakinya jeblos di lantai keramik ini sedalam betis. Padahal saat diketuk lantai itu padat sekali, jelas Yanto.
Yanto menuturkan, ada sejumlah larangan yang mesti ditaati oleh para penziarah. Peraturan tersebut berasal dari sang kakek yang diteruskan secara turun-temurun.
"Untuk masuk makam ini, tidak boleh pakai seragam apa pun. Dari seragam tentara, polisi atau siapa saja, tidak boleh pakai seragam ke sini. Itu peraturan dari kakek saya dulu," ujar Yanto.
Asal usul peraturan ini berasal dari 1 peristiwa yang dikisahkan turun-temurun. Dahulu kala, Indonesia masih dijajah Belanda. serdadu-serdadu ingin menyerang Datuk Banjir dan masyarakat Lubang Buaya. Lalu Datuk Banjir berdoa. Tiba-tiba para serdadu kawasan tersebut seperti tenggelam di sebuah danau, meski tak ada air disekitar para serdadu tersebut.
"Dua bulan lalu, malahan ada yang langgar peraturan. Dia seperti kelelep dan tenggelem di jalan ITU "jari menunjuk ke arah tersebut", padahal kagak ada air," kata Yanto Orang tersebut adalah tentara yang datang ke makam keramat, berseragam lengkap.
Selain peraturan tersebut, penziarah juga harus memiliki niat bersih. Penyakit hati seperti sombong, iri hati mesti dihilangkan.
Pantangan terakhirnya, tidak boleh membawa topeng apa pun mendekati makam,
Untuk tata langkah-langkah berdoa, Yanto menyebut, tidak ada pantangan. Terserah penziarah mau berdoa apa pun. Bila mau berdoa, doa-doa khusus diucapkan yanto siap membimbing.
Tak cuma itu, Yanto juga menawarkan air yang diklaim sebagai obat penyakit. Air itu bisa ditimba sendiri dari satu sumur kedalaman dua meter, atau minta ditimbakan oleh Yanto.
"Ini sumur peninggalan Mbah. Enggak pernah kering, walaupun musim kemarau juga tetap ada airnya,"
2 batang pohon tumbuh dekat sumur tersebut. 5 langkah dari sumur, terdapat satu bangunan yang berisi 4 makam berderet. Di sudut paling gelap ruangan, terdapat kereta tanpa kuda terparkir.
"Itu kereta peninggalan kakek, kuncen pertama makam ini. Gunanya supaya mengingatkan generasi berikutnya bahwa kita hanya orang tak punya apa-apa dan tidak perlu ada yang disombongkan,"
Soal kereta, Yanto memiliki cerita tersendiri. Sewaktu kakek dan ayahnya masih hidup, dia kerap mendengar gemerincing kereta saat menjelang senja.
"Itu Nyi Roro Kidul singgah. Beliau biasanya sore-sore datangnya, tapi sejak papa aku meninggal, dia jarang datang," kata Yanto.
Menurut Yanto, setiap kuncen per generasi mempunyai kelebihan masing-masing. Misal neneknya yang juga menjadi kuncen mempunyai kelebihan menjaga sebuah golok warisan dari Datuk Banjir.
"Dulu nenek juga menjaga keris bongkok dan 1 wayang kulit. Namun saya hanya jaga golok. keris bongkok dan wayang kulit pergi dengan mistik gaib entah kemana, tiba-tiba suatu hari menghilang begitu saja.
Potonya itu dimana mas?!?!? Apakah bener itu foto makam pangeran syarif???
BalasHapus