Liputanvip88, Seputar Indonesia - Madi telah tidak lagi muda. Usia lelaki 1 cucu ini telah menginjak 50 tahun. Lebih dari setengah hidupnya ia habiskan bergumul dengan jenazah.
baca juga : kisah seorang pemandian mayat, mati lampu saat di kamar pemandian.
Madi merupakan seorang pekerja harian lepas yang bertugas memandikan jenazah di Dinas Kehutanan DKI Jakarta (dahulu Dinas Pemakaman dan Pertamanan). Ia memulai kariernya dengan menjadi relawan pada 1990.
Madi menyebut, jenazah dari bapak dan teman-teman sesama pemandi jenazah dipulasarakan oleh dirinya belajar langkah-langkah. Terlebih, ada dorongan penasaran yang bergelayut di benaknya. Rasa penasaran ini yang membuat dirinya memberanikan diri memandikan jenazah.
"Aku hanya pengen tahu, gimana rasanya megang orang yang sudah enggak ada nyawanya, gitu aja," tutur Madi.
Selang sejumlah lama, Madi mendapat kesempatan untuk menuntaskan rasa penasaran. Bapaknya sedang bertugas saat itu. Ia pun ikut membantu sang bapak memandikan jenazah.
"Saya pengen megang tuh pas kakinya. Ooo ternyata begini," kata Madi mengungkapkan pengalaman pertamanya.
Pengalaman ini menjadi pembuka cerita Madi sebagai pemandi jenazah. Tidak sedikit cerita yang kemudian dilalui lelaki yang tinggal di Tangerang, Banten ini. Mulai dari menangani jenazah yang berbentuk hingga tak berbentuk. Jenazah yang utuh sampai yang tercabik dan acak-acakan.
Beragam korban bencana dan peristiwa berdarah di seantero Ibu Kota pernah dia tangani. salah satunya, tragedi kerusuhan Mei 1998 yang menumbangkan tidak sedikit korban. Kesemuanya cukup membekas.
Apalagi, kata Madi, dirinya juga kerap mendapati jenazah yang terpisah dari keluarga. Sebab, tidak sedikit orang tua telantar atau ditelantarkan keluarga meninggal di panti sosial.
"Sepuluh banding 1 deh yang ada keluarganya,"
ni jadi alasan Madi rela melalukan apa pun untuk memandikan jenazah. Di benaknya, jasad yang ia mandikan adalah jenazah manusia. Bukan bangkai hewan yang tidak butuh diurus. Sampai-sampai, dia mesti terkena cairan dari jasad yang dimandikan.
"Kadang-kadang kejadiannya lagi malam dan mati lampu,"
Tapi, Madi tak mau mengeluh soal tugas yang ia jalani. Baginya, memulasarakan jenazah tidak sekadar pekerjaan. Ini sudah menjadi jalan hidup sekaligus caranya beramal.
Pandangan ini tak begitu saja lahir. Selama 27 tahun telah tidak sedikit mengajari Madi tentang makna menghormati pekerjaannya, pengalaman tidak pendek
"Pekerjaan seperti ini ya menurut aku agung. Di samping kita ibadah, kita mampu honor,"
0 komentar:
Posting Komentar