Selasa, 18 April 2017

Seorang Dukun Menghilang Saat Bertapa Di Sebuah Gunung.

http://asiabigbet.com/multiplayer
Liputanvip88, Indonesia - Warga Dieng dikejutkan dengan hilangnya, seorang petapa yang sudah belasan tahun bermeditasi di dataran tinggi Dieng.

Kakek itu terakhir menetap di satu tenda di tengah pemukiman masyarakat, Jalan Raya Dieng, RT 1 RW 1, Kampung Diengkulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.

Usut punya usut, Mbah Fanani dijemput oleh belasan orang dengan mengendarai mobil, Rabu tengah malam (13/4/2017).

Kapolsek Batur AKP Sumono membenarkan peristiwa penjemputan Mbah Fanani.

"Yang menjemput berpakaian serba putih, atasan dan bawahan putih," katanya, Kamis (13/4/2017).

Penjemputan orang yang disakralkan sebagian warga itu terjadi mendadak. Rabu malam, sekitar pukul 22.30 WIB, empat  mobil mewah dengan plat nomor polisi E terparkir di tidak jauh tenda singgah Mbah Fanani, Jalan Raya Dieng, RT 1 RW 1, Desa Diengkulon.

Selama ini, sekitar 15 orang dengan pakaian serba putih turun dari mobil dan menghampiri tenda yang diyakini sebagai tempat meditasi Mbah Fanani

Mereka mengaku sebagai pihak keluarga Mbah Fanani dari Cirebon Jawa Barat. Lantaran mengaku keluarga, tidak ada warga yang menghalangi penjemputan tersebut. Mbah Fanani pun akhirnya keluar dari pertapaannya dan ikut masuk ke dalam mobil.

Dieng ditinggalkan iring-iringan mobil yang membawa sang petapa lalu melesat.

Kamis pagi (13/4/2017), masyarakat melihat tenda yang terpasang di depan rumah warga tersebut telah kosong. Masyarakat lalu membersihkan tempat semedi mbah Fanani.

sementara itu, Azun Mauzun, orang yang turut mendampingi Mbah Fanani di tempatnya sekarang membenarkan penjemputan petapa itu.

Mbah Fanani dijemput oleh orang-orang utusan Abah Rojab, sesepuh yang ditokohkan sebagian masyarakat di Indramayu pada Rabu (12/4/2017) malam.

Saat ini, sebut dia, Mbah Fanani berada di Petilasan Dampu Awang, Balongan Indramayu Jawa Barat.

"Abah Rojab adalah asli masyarakat Wonosobo yang sudah 20 tahun menetap di Indramayu," ungkapnya, Minggu (16/4/2017).

Anggota DPRD Indramayu dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa itu membantah ada unsur paksaan dalam proses penjemputan Mbah Fanani.

Menurut ia, memang ada miskomunikasi antara pihak penjemput dengan keluarga perawat atau masyarakat Dieng sehingga penjemputan tersebut terkesan memaksa.

Pihak penjemput punya alasan tersendiri mengenai proses penjemputan yang dilakukan malam hari, serta tanpa meminta izin lebih dulu ke masyarakat.

"Jika minta izin sama yang punya kediaman dan warga mungkin tak diizinkan. Akhirnya Mbah Fanani kami bopong dari gubug malam hari,"

0 komentar:

Posting Komentar